Catatan #7
Aku akan membuatnya gampang dimengerti. Baik kamu maupun aku, kita akan dapat mengerti dengan mudahnya. Jadi, luangkan waktumu sejenak barang semenit dua menit untuk membaca surat ini. Tidak akan lama.
"Aku menyayangimu."
Jika kukatakan dua hal itu padamu, semuanya akan berubah kan, ya. Bayangan kita yang saling menumpuk satu sama lain di jalan pulang waktu itu, apa kau akan melihat hal sekecil itu dengan cara yang berbeda?
Aku jadi ingin melihat wajahmu sekarang.
Saat menulis surat ini, aku serasa sedang bersamamu. Sosokmu yang terlelap di kursi sebelahku karena terlalu lelah, aku bisa melihatnya. Aku sendiri tidak percaya, tapi membayangkan dirimu ada di sampingku saja sudah membuat hatiku berdegup kencang. Jadi mungkin aku tidak benar-benar ingin melihat wajahmu sekarang. Tapi mengingat aku mungkin tidak akan bisa menemuimu lagi.... Rasanya sulit jika harus menerima hal itu.
"Terus semangat, ya."
Ketika kukatakan begitu, kau hanya tersenyum. Seperti biasa. Tersenyum tanpa mengatakan apa pun. Tapi senyummu adalah anugerah Tuhan bagiku, jadi tak apa. Aku harap kau akan tetap bisa tersenyum untuk selamanya.
Ah, jadi ingat.
Jika aku memasak kare yang begitu kau sukai, apa kau akan memakannya? Dengan wortel dan kentang. Apa kau akan memakannya dengan lahap seperti dulu? Akhir-akhir ini, kau tidak pernah menyentuh makanan sama sekali hingga nasi di piringmu dingin. Lain kali aku akan memasak kare yang lebih enak. Jadi nanti makan, ya?
Meski kau tidak bisa makan bala-bala kesukaanmu lagi, tapi kare masih bisa kan?
"Kamu ini tidak ada kerjaan, ya? Tiap hari seperti ini."
Apa kamu ingat candaanmu waktu itu? Saat itu sudah memasuki musim kemarau dan kau yang menyukai cuaca cerah bersikeras untuk membuka jendela. Padahal kau sensitif dengan debu. Tapi kamu yang lebih ingin menghirup udara segar daripada mengkhawatirkan itu tidak peduli.
Waktu itu kamu masih tersenyum padaku. Tertawa bersama meski pelan. Kamu tahu, walau aku tahu ini kedengarannya sangat gombal, tapi hari itu aku sadar bahwa kamu benar-benar berharga bagiku. Terlalu berharga sampai-sampai mataku panas tiap kali memikirkanmu.
Apa sekarang kamu sudah mengerti? Apa yang ingin kukatakan padamu hari itu. Hal yang sudah bertumpuk sejak pertama kali bertemu, saat aku tersadar kau lebih cantik dari pelangi. Kalau kau masih bisa mendengarku, aku tentu sudah akan mengatakannya langsung padami seperti biasa. Memelukmu. Tapi aku tidak bisa. Kau tidak bisa.
Aku menyukaimu.
Karena itu, semangat, ya.
Aku menantikan waktu di mana kita bisa makan kare buatanku bersama lagi.
Kamu pasti bisa, kok.
Aku percaya.
Akan kutunggu sampai kau bisa tersenyum lagi padaku.
aku suka bagian awal awalnya.. XD
ReplyDeleteHihi, makasih, Lia. :)
Delete