Bethari (2)

source
2.

Thari masih ingat pertemuan pertamanya dengan Adi. Setidaknya, pertemuan pertamanya dengan Adi secara resmi. Dari dua tahun sebelumnya, sebenarnya mereka sering sekali berpapasan (mengingat betapa kecilnya SMA mereka). Namun, tidak pernah salah satu dari mereka tergerak untuk menyapa. Tidak saat mereka kebetulan memperebutkan satu-satunya cireng yang tersisa di kantin. Tidak saat mereka kebetulan hendak meminjam buku yang sama. Bahkan, tidak saat mereka kebetulan bertubrukan layaknya di drama menye-menye itu. Hanya keluhan “Sakit, kalau jalan hati-hati, dong,” dari Thari dan sekedar “Maaf,” dari Adi yang terdengar.

Mereka berdua sebenarnya sudah diberikan berjuta kesempatan untuk mengenal satu sama lain, tapi baru hari Senin itu mereka benar-benar berkenalan. Itu pun jika bisa disebut dengan berkenalan….

Wali kelas mereka bisa disebut sebagai guru baru di SMA tempat Thari bersekolah. Karenanya, dia meminta setiap anak untuk mengenalkan dirinya satu per satu. Thari tidak begitu suka akan hal itu. Sejak dulu, dia kurang suka dengan namanya; Bethari Anjali. B-e-t-h-a-r-i A-n-j-a-l-i. Nama itu terkesan sangat ketinggalan zaman. Apalagi, banyak orang salah menuliskan namanya. Huruf “h” di kata Bethari hampir selalu dilupakan. Dia harus selalu mengingatkan orang-orang bahwa namanya ditulis Bethari dan bukan Betari, apalagi Mentari. Menyebalkan!

Lamunan Thari tentang namanya pecah ketika ia sadar bahwa seisi kelas sedang tertawa. Tertawa karena apa, sampai sekarang Thari tidak tahu. Biar itu jadi misteri yang tak akan pernah terungkap. Namun tampaknya, mereka semua tertawa karena lelucon yang diucapkan oleh cowok berwajah tengil yang kelak Thari tahu bahwa namanya adalah Adi. Adi apa, saat itu Thari pun tidak tahu.

Giliran Thari memperkenalkan diri akhirnya tiba juga. Thari berdiri sigap, dan berkata dengan lancar. Memperkenalkan bahwa dirinya bernama Bethari Anjali. Ditulis B-e-t-h-a-r-I A-n-j-a-l-I dengan penekanan pada huruf “h”. Biasa dipanggil Thari, dan berharap tidak ada yang memanggilnya burung jali. Saat Thari mengatakan kalimat yang terakhir itu, ada hening yang canggung sebelum akhirnya Adi tertawa renyah dan diikuti oleh seisi kelas. Thari, saat itu sangat berterima kasih pada Adi yang mengerti bahwa dia sedang mencoba melucu.

Waktu istirahat, Adi mendekatinya dan berkata, “Seriusan, lelucon kamu tadi garing banget! By the way, aku Adi. Adi Permana. In case kamu gak tau namaku karena sepertinya tadi kamu ngelamun.”

Thari hanya bisa merona, mebuka-tutup mulutnya, dan bersusah payah berkata, “Aku Thari.”

Comments

Popular posts from this blog

boneforable (part 1)