casualima

"Sini, kuantar pulang," sahutnya sambil menggamit tanganku. Aku menggeleng. "Tidak usah, biar aku pulang naik angkot saja." Kucoba lepaskan tanganku dari tangannya, tapi kalah kuat dengan tenaganya. "Dan jangan asal sentuh," tambahku, sedikit kesal. "Maaf." Dirinya melepaskan tanganku dari tangannya. Bagus, karena tadi itu cukup sakit. Di tanganku, juga di dadaku. Kupikir, aku tak akan sanggup jika jantungku berdegup lebih kencang lagi. "Ayo, kuantar pulang," sahutnya lagi. Dan lagi, aku menggeleng. "Biasanya juga naik angkot." "Kalau begitu, mulai sekarang kamu harus terbiasa naik motorku." Nadanya memaksa. Alis mataku berkerut. Sebal. Dia pikir siapa dirinya, mengatur diriku seperti itu? "Tidak mau, nanti aku malah merepotkanmu." Hanya itu yang terpikirkan olehku sebagai alasan yang rasional. Tapi tentu saja, dia punya lebih banyak akal untuk membalikkan alasanku. "Tidak repot, kok," beg

Kamu tahu apa? Banyak sekali yang ingin kukatakan padamu, banyak cerita yang ingin kubagi bersamamu. Seperti bagaimana aku sangat terkesan ketika kau berhasil melakukan yang tak kubisa, atau bagaimana terkadang aku kesal jika kau mengingkari janjimu, atau bagaimana aku sangat berterima kasih saat kau siap menopangku setiap kali aku akan jatuh. Tapi karena gengsi, semuanya hanya kutelan kembali saat sudah di penghujung lidah. Sebuah tindakan pengecut yang selalu kulakukan. Namun kali ini, aku sudah membulatkan tekadku. Akan kuucapkan semua itu padamu. Aku janji.

"Kamu ganteng." Mendengar kalimat itu, dia tertawa. "Makasih. Tapi aku yakin, pasti ada 'tapi'nya, kan?" Kuanggukan kepalaku. "Kamu benar." Kupandang mata sipitnya. Dia benar-benar terlihat berbeda ketika bingkai ungunya tak bertengger di hidungnya. Aku tahu, sosoknya masih dia yang kukenal. Tapi aku tak bisa menyangkal kalau dia memang sedikit terasa asing. "Kamu ganteng," ulangku, "tapi ya, sudah. Itu saja." Kulihat sebuah senyum tersungging di wajahnya. Cepat-cepat kutambahkan, "Aku bukannya suka kamu atau apa." "Koreksi, 'belum'." Aku jadi tersenyum simpul karenanya. "Kamu benar, mungkin belum."

Kamu ke mana? Sudah lama tidak kulihat batang hidungmu. Bulak-balik kumencarimu. Tak pernah kulihat kacamata bingkai ungu itu. Kutanyakan pada semua, dan tak satupun jawaban memuaskanku. Kamu ke mana? Aku rindu.

Aku ingat dia. Agung, namanya. Berdiri tegap di sampingku, dengan rambut kelimisnya berantakan belum disisir. Senyumnya masih manis, tidak jauh berbeda dengan saat terakhir kali aku melihatnya. Tapi, debaran jantung yang dulu selalu kudapat ketika berdekatan dengannya kini sudah tidak ada.

Have I told you that I kinda like to dance? Yesterday, me and my friends recorded our (first!!) cover dance video... which to be honest, doesn't turn out that good. It was really fun though. XD The boys were pretty funny. =)) It'd be nice if I could do something like this again, haha. (=ↀωↀ=)✧ Though of course, before that, I should polish my dance skill first... My current level is probably level 0!! Level zero!! (*/Д＼*) Anyway, see you next time. Guess which one is me?

Taken at last harvest season sometime in July. Cousins visited my house last holiday. And since they lived at Jakarta, which means no race field at all, I took them there. I took a lot of photos, but none of them is really good. I really need to learn how to take a photo of scenery, especially without normal lens and no tripod. Oh well, Canon is not suited to take landscape photo anyway.... Or maybe, as what I've implied before, I just don't really know how to landscape-photography. By the way, I've been wanting to change my blog's lay out. It's kinda boring... and stiff. I want something more cheerful. ... I'll probably still have a lot of pink on my blog, though. Haha. Anyone know how to code and stuff? Or at least know any good and easy-to-understand tutorial how to. I think I'll need them. ... School starts today. I don't think I can survive.... Wish me luck.