Posts

Showing posts from 2012

Suka

Suka. Aku suka. Sangat suka. Saking sukanya, aku jadi seperti orang gila. Sering tersenyum sendiri, tertawa sendiri. Suka. Aku suka. Sangat suka. Aku ingin memilikimu. Ya, hanya untukku seorang. Suka. Aku suka. Sangat suka. Kau bahkan hadir di mimpiku. Kau selalu bersamaku. Suka. Aku suka. Sangat suka. Aku tak akan membiarkan orang lain menyakitimu. Tidak akan pernah. Suka. Aku suka. Sangat suka. Tapi kenapa kau tidak mengerti diriku? Kau malah menjauhiku. Suka. Aku suka. Sangat suka. Tapi bukannya aku ingin kau untuk mengerti aku, tidak. Aku hanya ingin bersamamu, di sampingmu. Suka. Aku suka. Sangat suka. Tidak apa, pergilah. Karena aku akan selalu menunggumu. Suka. Aku suka. Sangat suka.

Siapa...?

Siapa aku? Aku bukan siapa-siapa. Siapa dirinya? Dirinya adalah orang yang membuatku menjadi 'aku'. Begitu pula diriku. Diriku membuatnya menjadi 'dia'. Siapa kita? Kita, adalah 'aku' dan 'dia'. Kita bersama. Dan semoga, untuk selamanya.

Takut

Aku takut.

Faza

Hari ini mungkin hari yang berbeda. Tapi tanggal dan bulannya tetap sama, kan? Dan tahun pun terus berjalan. Bertambah tua, dan semakin dewasa. Setiap tanggal 9 Februari, tahun akan berulang. Ya, hanya untukmu. Bagimu, tahun baru bukanlah ‘1 Januari’, melainkan ‘9 Februari’. Karena pada tanggal itulah, kau baru bisa merasakan cahaya dunia. Merasakan pahit manisnya kehidupan. Jangan melihat ke belakang, jangan. Jangan percaya bahwa dirimu itu suram, jangan. Karena kau adalah kamu, dirimu penuh cahaya. Karena kamu adalah kau, masa lalumu adalah apa yang membuatmu menjadi seperti ini. Mungkin kau memliih memori baru, tapi aku memilih memori lama. Karena memori baru pun akhirnya akan menjadi memori lama. Dan hadiah ini akan menjadi memori yang kau kenang ‘tuk slama-lamanya. Tidak, aku tidak ingin diriku dan hal ini dilupakan. Dan munkin kau lebih memilih untuk tidak menangis. Tapi karena aku hanya manusia biasa yang mungkin tidak normal, aku me

Sekrup Emas

Kalau boleh. Kalau. … Satu. Dua. Tiga. … Tidak berjalan. Lagi, kembali diputar. Sekrup emas milikku. Tapi, tak ada yang berubah. … Aku tak boleh percaya. Meski bukti sudah di depan mata, aku tak boleh percaya. Karena aku baru melihatnya, bukan merasa. Takdir yang tertulis di garis tanganku adalah kebutaan. Sementara apa yang kulakukan sehari-hari hanyalah kebisuan. Tersenyum, menanis, dan amarah merupakan keheningan. Karena terus memasang topeng, aku bisa tertawa—menertawakannya. Tapi apa yang sebenarnya kurasa? … Kalau bisa meminta kesempatan kedua, aku mungkin tak akan mengambilnya. Karena aku adalah aku, apa yang aku lakukan di masa lalu membuatku seperti ini. Menikmati mimpi yang sementara, terus berjalan di antara tuts-tuts kehidupan. Mencoba melompat, tapi akhirnya jatuh terperosok. Menari, dan ujung-ujungnya aku menabrak tembok karena tidak melihat ke arah mana aku berlari. Langit yang sama, awan