Suatu Sore
"Jadi, kamu gak suka sama aku?" Tanyaku suatu sore dengan nada bercanda.
Hening.
Hari itu kami menunggu hujan reda di koridor. Dia yang asik dengan dunianya sendiri dan aku yang terus berusaha mencuri perhatiannya. Entah bagaimana caranya, percakapan kami membuatku tak tahan untuk melontarkan pertanyaan itu. Aku sadar diriku memang tipe yang berkata dulu baru berpikir- tipikal orang bodoh yang akan selalu menyesal segala yang telah dikatakannya.
Baru saja aku mau membatalkan pertanyaanku, dia menjawab, "Ya... semacam."
Deg!
Meski aku sudah memprediksi kalau dia tidak akan menjawab dengan jawaban yang bisa membuatku puas, rasa sesal telah bertanya begitu tetap ada. Aku tahu, hubungan kami bukan seperti itu. Hanya sekedar teman, benar-benar platonik saja. Tapi, apakah rasa sukanya padaku sebagai teman sedikitpun tidak ada? Malu rasanya. Kupikir kami sudah cukup dekat untuk bisa menceritakan mengapa ia putus dengan mantannya dan bagaimana aku pernah ditolak oleh orang yang kusuka. Maksudku, aku dan dia sama-sama bukan tipe manusia yang bisa menceritakan hal-hal personal pada sembarang orang.
"Wah, jahat.... Padahal aku cukup menyukaimu, loh. Hahaha." Kututup kecewaku dengan tawa.
"Ya... pokoknya gitu, deh."
Lalu, dia kembali asik dengan dunianya sendiri. Namun kali ini, aku biarkan ia. Tak kucoba sedikitpun untuk mengganggunya. Merenungi jawabannya yang singkat dan padat. Berenang di pikiranku yang mempertanyakan diriku sendiri.
"Ayo, pulang."
Tanpa memberi aba-aba padaku terlebih dahulu, hujan reda. Dengan tas ransel hitam yang hanya digendong setengah, dia sudah siap pulang. Melihat penampilannya yang seperti anak kecil, aku tak tahan untuk tersenyum. Kuhela napasku tanda menyerah. Aku takkan bisa menahan karisma temanku satu ini.
"Ayo."
Yah, biarlah. Toh, meski tidak suka, dia tetap bersikap baik padaku dan masih pulang bersamaku. Untuk sekarang, ini sudah cukup. Nanti juga aku lupa.
Tapi jika di suatu saat yang jauh nanti aku tanpa sengaja menanyakan hal yang sama, kuharap dia sudah sedikit lebih menyukaiku.
Comments
Post a Comment