Catatan #6
"Ini."
Tahu-tahu, di depanku sudah ada jaket parasut yang terlipat rapi.
"Aku gak bawa payung, tapi setidaknya jaket ini bisa membuatmu sedikit lebih hangat."
Mataku berkedip.
"Kamu pasti gak bawa jaket, kan? Soalnya tadi siang panas sekali."
Aku termangu.
"Kubelikan teh manis panas dulu, ya. Gulanya tiga sendok, kan?"
Dia ingat? Ekspresi terkejutku pasti kentara sekali karena dirinya memberiku cengiran khasnya. Aku merengut.
"Benar. Jangan lupa bala-bala."
"Oke."
Dan setelah itu, dia pergi.
Kupakai jaketnya dan menyadari satu hal yang tak pernah kusangka. Padahal dia terlihat sama besarnya denganku, tapi ukuran jaket ini jauh lebih besar daripada ukuranku. Panjang lengannya sampai menutupi jari-jariku yang keriput karena dingin.
Begitu dia kembali dengan dua mug besar, dia menatapku lekat-lekat. Kupikir, dia akan mengomentari penampilanku yang seperti orang-orangan sawah karena jaketnya yang kebesaran. Tapi, sambil tersenyum miring, dia malah berkata:
"Kamu kayak teru teru bozu."
Aku tertawa.
"Mungkin kalau kupakai ini cukup lama, hujannya akan reda."
Dia juga tertawa.
"Bisa jadi."
Kami tertawa.
"Ngomong-ngomong, bala-balanya mana?"
"Ah, lupa!!"
Comments
Post a Comment