Terima Kasih dan Maaf

:)

Senyumlah. Aku tidak marah padamu. Pada kalian. Pada siapapun.

Aku justru berterima kasih. Karena aku berhasil bangun dari mimpiku yang indah, namun palsu. Aku bisa berhenti untuk berlari dan berpura-pura.

Aku minta maaf. Kalau aku membuatmu berpikir yang tidak-tidak. Aku minta maaf. Benar-benar maaf sekali. Karena kehadiran diriku membuatmu tidak enak.

Aku menganggap semua ini adalah hukuman dari tuhan.

Biarkan aku bercerita sedikit tentang masa laluku. Dulu, di masa SD-ku, aku bisa dibilang orang yang cukup populer. Tidak terkenal sekali, sehingga seluruh kenal, siapa 'Al' itu. Tapi aku mengenal banyak orang--dari yang seangkatan hingga adik kelas. Meski tidak banyak orang yang mengenalku.

Merasakan enaknya popularitas dan kehormatan karena nilaiku selalu bagus, aku terlena dan belagu. Kalau aku disakiti, meski hanya sekali, aku akan menyimpan dendam. Mencari orang yang punya rasa seperti diriku lalu berkomplot untuk menjauhinya. Kalau tidak ketemu, ya, hasut saja. Gampang, kan?

Hal itu, kalau dilihat sekarang, benar-benar kurang ajar. Aku malu pada diriku sendiri.

Sore tadi, aku bertemu teman SD yang dulu kubenci itu. Tapi tidak sekarang. Mungkin aku masih sedikit sebal padanya karena kadang, ia sering pamer dengan prestasinya. Tapi, hei, aku juga dulu seperti itu. Ya, aku diam saja. Aku menceritakan keadanku sekarang ini padanya.

"Ini hukum karma buat kamu," katanya. "Dulu kamu juga kaya' gitu ke aku, kan? Waktu itu, aku berdo'a, kalau kamu bakal dapet hal yang sama, tapi lebih menyakitkan lagi."
DEG. Bener apa yang ia bilang.

Aku ingin minta maaf, tapi kata itu nyangkut di pita suaraku. Kata itu tak terucapkan, tapi tetap terngiang-ngiang dipikiranku.

Maaf.

Mungkin aku berlari terlalu lama. Sehingga ketika aku berhenti dan berbalik, tidak ada apa-apa disana, kecuali hal yang tak ingin aku lihat.

Jiwa dan ragaku sudah tahu bahwa aku salah. Dan hatiku tak mau berkompromi dengan diriku yang sangat berdosa ini. Semuanya tidak suka padaku.

Mungkin semua akan benci padaku, tapi aku akan tetap suka. Atau setidaknya mencoba untuk tetap suka. Karena kalau tidak, aku akan sendiri. Dan aku tak mau itu. Meski aku menyukai ketenangan, aku tetap butuh bersosialisasi. Dan caraku untuk tak membenci kalian mungkin akan terasa sakit--aku menjauhi kalian. Tapi, apa kalian tahu? Pada akhirnya, kalian yang akan menjauhiku. Karena aku mengeluarkan aura 'tak mau didekati'.

Aku tak menutup hatiku, mataku, maupun telingaku. Aku hanya menutup mulutku karena kau bilang aku banyak omong. Dengan begitu, aku pun bisa tidak sombong. Tapi kenapa kau menganggap diriku marah? Aku mencoba untuk menjadi anak baik yang penurut. Kerna aku ingin semuanya tersenyum.

... Tidak. Itu bohong. Aku tidak ingin kalian tersenyum. Aku ingin tersenyum bersama kalian. Tersenyum, bukan hanya melengkungkan bibir. Aku ingin tertawa mentertawakan ejekan yang dianggap lelucoan, dan tak ada satupun dari kita tersinggung. Ah... betapa indahnya jika hal itu terkabul.

Selain itu, aku ingin kalian menangis bersamaku. Bukan berpura-pura mengasihaniku dan melemparkan kata-kata dukungan yang palsu. Karena aku, tidak butuh itu. Karena aku bisa hidup tanpa kebohongan itu.

... Tidak. Itu bohong lagi. Aku butuh kalian semua. Meski  pura-pura, itu tak apa. Karena aku ingin seseorang, siapa saja, bisa mengerti diriku. Orang yang akan selalu di sisiku saat senang maupun sedih. Orang yang mau meminjamkan telinga dan bahunya untuk curahan hatiku. Orang yang mau memberikan ceritanya padaku untuk kusimpan rapat-rapat.

Jangan tinggalkan aku sendirian. Jangan. Kumohon. Aku benci kesepian.

Dan aku berubah. Bukan aku saja yang menyadarinya karena perubahan yang terjadi cukup ekstrim. Aku yang dulu sok imut dan berakting--oke, aku tidak berakting, aku hanya (mungkin) mencoba--lovely menjadi seorang shut in. Tapi kemudian aku berpikir. Apa yang kulakukan ini benar? Aku berusaha untuk berubah menjadi orang yang (mungkin) lebih baik. Tapi, kalau aku berubah, apakah aku masih diriku? Selain itu, alasan utama perubahan ini adalah untuk disukai orang lain.

Ngomong-ngomong, aku bilang tidak apa-apa itu bukan berarti aku tak tersakiti, loh. Bisa saja aku memikirnya hingga aku depresi. Siapa tahu? Aku tahu. Tapi aku ragu, apakah yang kutahu itu benar.

Dua kata yang menurutku ajaib ini, bisa saja diucapkan dengan mudah atau susah. Disaat-saat biasa, kata-kata itu begitu dianggap remeh. Tapi lewat sudut pandangku, kata-kata itu benar-benar berharga. Rapuh, karena jika dikatakan dengan cara yang salah, orang-orang tak akan mempercayainya.

Aku minta maaf, karena aku hanya berani mengutarakan apa yang kupikirkan lewat tulisan dan media.
Tapi aku berterima kasih, karena lewat internet seperti ini, kalian juga berani mengatakan apa yang sebenarnya ingin kalian katakan.

Maaf.
Terima kasih.
Senyumlah.

:)

Dan ketika aku menolehkan kepalaku kembali, yang kulihat hanyalah gadis kecil yang dikelilingi oleh kegelapan. Gadis itu menenggelamkan kepalanya dalam lututnya. Aku tak bisa melihat wajahnya. Tubuhnya gemetaran. Entah mengapa, aku berpikir kalau dia menangis. Dan pada detik berikutnya, aku tersadar. Gadis itu adalah bayanganku.

Comments

  1. iya gitu, hani kayak gitu??
    tapi rasanya kamu kayak fine-fine aja ah..
    atau pura pura fine?
    ...
    Satu hal, omongan temen sd kamu terlalu masuk ke hati.. ckckck.. ga sopan..

    ReplyDelete
  2. Allah nggak akan ngasih beban yang nggak bisa ditanggung hambanya Han. Dan satu lagi, Allah tidak akan merubah keadaan kamu kalau kamunya belum mau merubah diri. Jika kamu yakin kamu berubah dalam arah yang benar, cobalah untuk tuli. Kalau kamu tidak yakin, cerita aja ke mentor atau temenmu, apakah perubahan yang saya lakukan ini benar? kalau udah yakin, coba tuli. "Apapun yang mereka katakan tidak akan pernah mempengaruhi hidup kamu, karena kamu adalah kamu, bukan kata-kata mereka." So, keep hamasah and smile Hani... :)

    ReplyDelete
  3. @Saffy: Yea... Aku gak tau kalau aku bener2 gitu, atau cuma kata2ku yang menggambarkan aku itu orang yang seperti 'itu' >_< pretended much, and now i forget what's truth. -_-"
    @Taufiq: Haha. Kamu ngasih kata2 itu disaat yang tepat. haaah... berarti aku bisa menghadapi masalah ini. SEMANGAAAT! >_< (mengatakan hal itu pada diri sendiri) Yah, aku akan mencoba menjadi 'tuli' :P Btw, hamasah tuh apa? :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

boneforable (part 1)