running away

from the start, i'm just running away.

.

dari dulu, aku memang hanya bisa berlari. berlari, dan terus berlari. meninggalkan tanggung jawab dan kewajibanku. aku dari dulu memang paling ahli berlari.

hingga pada akhirnya, aku menabrak dinding tinggi. dinding itu mengurungku. mengurungku dari dunia luar. dan setiap harinya, dinding itu semakin tinggi. tinggi, dan tinggi.

dikelilingi oleh dinding itu selama hidupku, aku mulai lupa apa yang ada di balik dinding tersebut. satu hal yang pasti adalah, di balik dinding itu, aku akan tetap menjumpai langit yang sama.

kalau aku bisa terbang, aku akan tahu apa yang ada di balik dinding itu. kalau aku bisa loncat tinggi, aku takkan penasaran lagi. kalau aku punya kekuatan, aku akan menghancurkan dinding itu, sehingga aku bisa melewatinya. tapi aku tidak bisa. karena aku manusia biasa. mungkin tidak normal, tapi setidaknya biasa.

dikelilingi oleh dinding yang tak terlihat oleh orang lain, aku tak bisa menyuarakan suara hatiku. mungkin wajahku sombong, tapi aku sebenarnya pemalu. tertawalah. karena hanya lewat tulisan, aku bisa mengutarakan apa yang ada dari lubuk hatiku. selain itu, aku makin tak bisa berkomunikasi dengan biasa.

dan kali ini, aku mencoba berlari lagi. tapi dinding itu menghalangi jalanku. sudah beberapa kali aku mencoba lari, tapi dinding itu memantulkanku, jatuh ke belakang. tidak peduli dengan luka yang semakin mendalam, aku terus menabrakkan diriku ke dinding itu. mencoba untuk berlari.

karena kalau aku tak berlari, mereka yang mengejarku akan melakukan apa yang mereka inginkan.

sesungguhnya, aku takut. aku takut. aku takut.

aku takut kalau aku tidak punya teman. aku takut dibenci, tapi aku juga takut disukai. aku takut aku memperlihatkan sisi burukku pada orang yang salah. aku takut aku tak bisa merasakan cinta. aku takut, kalau aku berubah, aku bukanlah diriku.

hal yang mengejarku sudah semakin dekat, tapi aku tak bisa lari lagi selain ke depan. tapi dinding tersebut keras kepala. ia terus menjatuhkanku, terpuruk.

sesak. akhir-akhir ini, aku merasa sesak. kadang aku merasa pusing yang tak pernah kurasakan. entah ini penyakit, akibat insomnia, atau depresi. aku tak bisa membedakannya lagi. karena terlalu banyak perasaan yang kusimpan dalam kotak pandora, sehingga aku bahkan tak tahu apakah aku masih bisa merasa.

meski tersenyum, aku hanya melengkungkan bibir. meski menangis, aku hanya meneteskan air mata. meski marah, aku hanya mengerutkan alisku.

dan aku harus berlari lagi. tapi aku tetap terjatuh. terjatuh. terjatuh. kembali ke tempat yang sama, tapi hal terus berubah.

waktu yang tak mau menungguku pun, akhirnya akan memaksaku menghadapi kenyataan. meski pahit. meski buruk. meski sakit. meski sedih. meski aku akan menangis dengan air mata buaya.

jika pada akhirnya hal itu terjadi padaku, apa aku akan selamat? apa aku bisa bertahan dari tekanan yang menimpaku? apa aku tetap bisa bersosialisasi seperti dulu?

kata-kata memang kejam. keji. lebih parah dari tindakan yang bisa menyakiti. karena kata-kata tidak hanya mempengaruhi diri sendiri, tapi juga orang lain. nasib.

capek. aku muak. aku lelah. mengapa hal ini terjadi padaku? mengapa semua orang terlihat bahagia? sementara aku, disini ingin berteriak sekencang-kencangnya.

aku orang egois. dan aku tahu itu. aku juga hanya memikirkan diri sendiri. tapi hal itu semua kulakukan agar aku tidak tersakiti.

aku kira, jika aku bergerak pelan-pelan, semuanya akan baik-baik saja. tapi ternyata, aku salah. hal yang mengejarku nyaris saja membuatku membuka kotak pandora itu.

dan aku, berlari lagi.

.

this chaos won't end. it's not even starting, anyway.

Comments

Popular posts from this blog

boneforable (part 1)