Korazora - Behind the Scenes
Feel the Breeze between the Iceberg |
Beberapa kata dariku dan banyak potret untukmu.
Petang menuju malam, aku bersama banyak mahasiswa TPB FSRD 2016 lainnya duduk di sebuah selasar dengan hati harap-harap cemas. Atau mungkin cemas-cemas harap, karena lebih banyak cemasnya daripada harapnya. Namun perkataan kakak-kakak kami yang berjaket almamater kampus lah yang mengkandaskan segala sisa harapan yang masih sempat menyala.
"Dengan berat hati, saya bubarkan kalian dari kepanitiaan Wisuda Oktober 2016."
Aku tidak ingat jelas dia, mereka, berkata apa. Tapi aku ingat jelas semua rasa yang membanjiri hatiku, jiwaku, mataku. Kesal. Marah. Kecewa. Sedih. Sayang.
Hari itu adalah H-7. Tinggal seminggu lagi. Sedikit lagi sebelum unjuk rasa kami kepada massa kampus. Sebuah aktualisasi diri kami yang nyata. Hanya 7 hari lagi!
Tapi takdir siapa tahu?
Bukan aku, teman-temanku, ataupun kakak-kakak kami tentunya.
"Gak usah nangis! Gak ada yang perlu disesali. Jangan cengeng!"
Aku yang saat itu masih begitu tidak terima, hanya bisa mencoba mengatur napasku. Menyembunyikan wajahku di dalam pelukan temanku. Bersusah payah untuk memberhentikan tangisku.
Hari itu, tirai panggung kami ditutup—bahkan tanpa sempat terbuka sebelumnnya.
Namun, mungkin bukan kami namanya kalau tidak bertingkah sesuai hasrat kami, ego kami. Keinginan untuk berkarya membuat beberapa dari kami untuk melawan takdir. Tanpa izin, menguak bumi dengan hati kami yang biru pilu. Menyaksikan parade berbalut merah-hitam untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Tapi tentu saja, setiap langkah punya konsekuensinya sendiri. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Kuasa di atas turut andil, mengguncangkan hatiku, hati kami. Diam-diam menghanyutkan. Tahu-tahu, seluruh kampus sudah tahu akan berita yang tidak diduga-duga. Gempar. Namun hanya untuk sesaat saja.
Tidak lama, muncul kembali kesempatan bagi kami untuk berkarya. Closing Olimpiade KM-ITB 2016. Kesempatan tepat untuk menyelesaikan karya yang nyaris jadi. Yang sempat coming soon, dan terus selalu, walau sudah lewat jauh tanggalnya.
Satu bulan kurang waktu bagi kami. Mengubah, menyesuaikan, merevisi, menyempurnakan semuanya hingga ke detailnya. Bagaimana kami bernapas, bagaimana kami berjalan, bagaimana kami hidup; dengan lengan dan lutut biru, dengan tangan penuh cat, dengan mata berkantung tebal; dan segala harapan untuk yang terbaik. Jantungku berdegup kencang di setiap detiknya menanti pembuktian yang semakin dekat.
baik itu para kru Korazora dari bibit,
yang tumbang karena Tuhan berkata lain,
yang tumbuh baru untuk berkarya,
yang bertahan tanpa kenal lelah,
dan yang menyaksikan segalanya.
dan yang menyaksikan segalanya.
KORAZORA |
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TPB FSRD 2016?
BODO AMAT AING CHIPS!!!
all photos were taken by Korazora Documentation Team
all photos were taken by Korazora Documentation Team
Comments
Post a Comment